Selasa, 24 November 2009

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS


Disusun Oleh:

Yuli Dwi Hartanto


A. Latar Belakang

Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini.

Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tonsilitis secara komprehensif di ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

2. Tujuan khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien tonsilitis

b. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien tonsilitis

c. Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul pada klien tonsilitis

d. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien dengan tonsilitis

KONSEP DASAR TONSILITIS

A. Pengertian

1. Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006).

2. Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).

3. Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang.

Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan infeksi (Sacharin, R.M. 1993).

4. Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).

5. Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006, 2006).

6. Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi (Harnawatiaj, 2006).

B. Klasifikasi

Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)

1. Tonsillitis akut

Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.

2. Tonsilitis falikularis

Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.

Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.

3. Tonsilitis Lakunaris

Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.

4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)

Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan.

5. Tonsilitis Kronik

Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok, makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.

C. Etiologi

Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.

1. Pneumococcus

2. Staphilococcus

3. Haemalphilus influenza

4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.

Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.

1. Streptococcus B hemoliticus grup A

2. Streptococcus viridens

3. Streptococcus pyogenes

4. Staphilococcus

5. Pneumococcus

6. Virus

7. Adenovirus

8. ECHO

9. Virus influenza serta herpes

Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.

D. Patofisiologi

Menurut Iskandar N (1993), patofisiologi tonsillitis yaitu :

Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakonaris.

Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.

E. Pathway Keperawatan


(Iskandar N, 1993)

F. Manifestasi Kinik

Menurut Megantara, Imam 2006

Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama).

Gejala lain :

1. Demam

2. Tidak enak badan

3. Sakit kepala

4. Muntah

Menurut Mansjoer, A (1999) gejala tonsilitis antara lain :

1. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan

2. Tenggorokan terasa kering

3. Persarafan bau

4. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi detritus

5. Tidak nafsu makan

6. Mudah lelah

7. Nyeri abdomen

8. Pucat

9. Letargi

10. Nyeri kepala

11. Disfagia (sakit saat menelan)

12. Mual dan muntah

Gejala pada tonsillitis akut :

1. Rasa gatal / kering di tenggorokan

2. Lesu

3. Nyeri sendi

4. Odinafagia

5. Anoreksia

6. Otalgia

7. Suara serak (bila laring terkena)

8. Tonsil membengkak

Menurut Smelizer, Suzanne (2000)

Gejala yang timbul sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan.

Menurut Hembing, (2002) :

1. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat menelan, kadang-kadang muntah.

2. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan, kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.

3. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah pada lekukan tonsil.

G. Pemeriksaan Penunjang menurut Firman S (2006), yaitu :

1. Tes Laboratorium

Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.

2. Pemeriksaan penunjang

Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

3. Terapi

Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.

H. Komplikasi

Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :

1. Abses pertonsil

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.

2. Otitis media akut

Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.

3. Mastoiditis akut

Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid.

4. Laringitis

5. Sinusitis

6. Rhinitis

I. Penatalaksanaan / Pengobatan

Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :

1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.

2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :

a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.

b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.

c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.

d. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis adalah :

1. Penatalaksanaan tonsilitis akut

a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.

b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.

c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.

d. Pemberian antipiretik.

2. Penatalaksanaan tonsilitis kronik

a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.

b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil.

Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :

1. Perawatan Prabedah

Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan, membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.

2. Teknik Pembedahan

Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi / quillotine.

Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.

3. Perawatan Paska-bedah

a. Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.

b. Memantau tanda-tanda perdarahan

1) Menelan berulang

2) Muntah darah segar

3) Peningkatan denyut nadi pada saat tidur

c. Diet

1) Memberikan cairan bila muntah telah reda

a) Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih nyaman dari ada kepingan kecil).

b) Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).

2) Menawarkan makanan

a) Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.

b) Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati pada pagi hari setelah perdarahan.

c) Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu selama 1 minggu.

3) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan

a) Menggunakan ice color (kompres es) bila mau

b) Memberikan anakgesik (hindari aspirin)

c) Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.

d) Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.

4) Mengajari pasien mengenal hal berikut

a) Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera selama 1-2 minggu.

b) Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.

c) Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan ke-8 setelah operasi.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN TONSILITIS

A. Pengkajian

Focus pengkajian menurut Firman S (2006), yaitu :

1. Wawancara

a. Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)

b. Apakah pengobatan adekuat

c. Kapan gejala itu muncul

d. Apakah mempunyai kebiasaan merokok

e. Bagaimana pola makannya

f. Apakah rutin / rajin membersihkan mulut

2. Pemeriksaan fisik

Data dasar pengkajian menurut Doengoes, (1999), yaitu :

a. Intergritas Ego

Gejala : Perasaan takut

Khawatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja, dan keuangan.

Tanda : ansietas, depresi, menolak.

b. Makanan / Cairan

Gejala : Kesulitan menelan

Tanda : Kesulitan menelan, mudah terdesak, inflamasi, kebersihan gigi buruk.

c. Hygiene

Tanda : Kesulitan menelan

d. Nyeri / Keamanan

Tanda : Gelisah, perilaku berhati-bati

Gejala : Sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke telinga

e. Pernapasan

Gejala : Riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja dengan serbuk kayu, debu.

Hasil pemerisaan fisik secara umum di dapat :

1. Pembesaran tonsil dan hiperemis

2. Letargi

3. Kesulitan menelan

4. Demam

5. Nyeri tenggorokan

6. Kebersihan mulut buruk

3. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan usap tenggorok

Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan, terutama bila keadaan memungkinkan. Dengan melakukan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui kuman penyebab dan obat yang masih sensitif terhadapnya.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :

Pre Operasi

1. Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.

2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

5. Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman

Post Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

3. Kurang pengetahuan tentang diet berhubungan dengan kurang informasi.

C. Intervensi

Pre Operasi

Dx 1 : Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.

NOC : Perawatan Diri : Makan

Tujuan : Setelah dlakukan tindakan keperawatan terapi menelan selama 3 x24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam makan dengan skala 4 sehingga kerusakan menelan dapat diatasi

Kriteria hasil :

1. Reflek makan

2. Tidak tersedak saat makan

3. Tidak batuk saat menelan

4. Usaha menelan secara normal

5. Menelan dengan nyaman

Skala : 1. Sangat bermasalah

2. Cukup bermasalah

3. Masalah sedang

4. Sedikit bermasalah

5. Tidak ada masalah

NIC : Terapi menelan

Intervensi :

1. Pantau gerakan lidah klien saat menelan

2. Hindari penggunaan sedotan minuman

3. Bantu pasien untuk memposisikan kepala fleksi ke depan untuk menyiapkan menelan.

4. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan penenangan pasien selama makan / minum obat.


Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.

NOC : Kontrol Nyeri

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang

Kriteria hasil :

a. Mengenali faktor penyebab.

b. Mengenali serangan nyeri.

c. Tindakan pertolongan non analgetik

d. Mengenali gejala nyeri

e. Melaporkan kontrol nyeri

Skala : 1. Ekstream

2. Berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak Ada

NIC : Menejemen Nyeri

Intervensi :

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

2. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.

3. Berikan analgesik yang sesuai.

4. Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.

5. Anjurkan pasien untuk istirahat.

Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

NOC : Fluid balance

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nutrisi selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah nutrisi dengan skala 4 sehingga ketidak seimbangan nutrisi dapat teratasi

Kriteria hasil :

a. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan

b. BB ideal sesuai tinggi badan

c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

Skala : 1. Tidak pernah dilakukan

2. Jarang dilakukan

3. Kadang-kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

NIC : Manajemen nutrisi

1. Berikan makanan yang terpilih

2. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

3. Berikan makanan sedikit tapi sering

4. Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.

Dx 4: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

NOC : Termoregulasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fever treatment selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam suhu tubuh dengan skala 4 sehingga suhu tubuh kembali normal atau turun.

Kriteria hasil :

a. Suhu tubuh dalam rentang normal

b. Suhu kulit dalam batas normal

c. Nadi dan pernafasan dalam batas normal.

Skala : 1. Ekstrem

2. Berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak ada

NIC : Fever Treatment

1. Monitor suhu sesering mungkin

2. Monitor warna, dan suhu kulit

3. Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan.

4. Monitor intake dan output

5. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam.

Dx 5: Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman

NOC : Kontrol Cemas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengurangan cemas selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan kecemasan dengan skala 4 sehingga rasa cemas dapat hilang atau berkurang

Kriteria hasil :

a. Ansietas berkurang

b. Monitor intensitas kecemasan

c. Mencari informasi untuk menurunkan kecemasn

d. Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada

Skala : 1. Tidak pernah dilakukan

2. Jarang dilakukan

3. Kadang-kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

NIC : Pengurangan Cemas

1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.

2. Tenangkan anak / pasien.

3. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan. (takhikardi, eskpresi cemas non verbal)

4. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat.

5. Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi

Post Operasi

Dx 6 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.

NOC : Level Nyeri

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah tentang nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang

Kriteria hasil :

a. Melaporkan nyeri

b. Frekuensi nyeri.

c. Lamanya nyeri

d. Ekspresi wajah terhadap nyeri

Skala : 1. Tidak pernah dilakukan

2. Jarang dilakukan

3. Kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

NIC : Menejemen Nyeri

Intervensi :

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

2. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.

3. Berikan analgesik yang sesuai.

4. Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.

5. Tingkatkan istirahat pasien.

Dx 7 : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.

NOC: Kontrol Infeksi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kontrol infeksi selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada infeksi dengan skala 4 sehingga resiko infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil:

a. Dapat memonitor faktor resiko

b. Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko

c. Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan infeksi.

d. Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko.

Keterangan Skala :

1. Tidak pernah menunjukkan

2. Jarang menunjukkan

3. Kadang menunjukkan

4. Sering menunjukkan

5. Selalu menunjukkan

NIC: Kontrol Infeksi

a. Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar.

b. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan.

c. Lakukan perawatan aseptik pada semua jalur IV.

d. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat.

Dx 8 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengenal informasi.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengajaran pengobatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan kurang pengetahuan dengan skala 4 sehingga pengetahuan pasien dan keluarga dapat bertambah

NOC : Knowledge: Diet

a. Menyebutkan keuntungan dan diet yang

b. Menyebutkan makanan-makanan yang diperbolehkan

c. Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang.

Ket: 1 : Tidak mengetahui

2 : Terbatas pengetahuannya

3 : Sedikit mengetahui

4 : Banyak pengetahuannya

5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks

NIC : Pengajaran Pengobatan

1. Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang tujuan obat.

2. Informasikan kepada anak akibat tidak minum obat.

3. Ajarkan anak untuk minum obat sesuai dnegan dosis.

4. Informasikan kepada anak dan keluarga tentang efek samping

D. Evaluasi

Dx 1 : Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi. Skala

a. Reflek makan 4

b. Tidak tersedak saat makan 4

c. Tidak batuk saat menelan 4

d. Usaha menelan secara normal 4

e. Menelan dengan nyaman 4

Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.

a. Mengenali faktor penyebab. 4

b. Mengenali serangan nyeri. 4

c. Tindakan pertolongan non analgetik 4

d. Mengenali gejala nyeri 4

e. Melaporkan kontrol nyeri 4

Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

a. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan 4

b. BB ideal sesuai tinggi badan 4

c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4

d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. 4

Dx 4: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

a. Suhu tubuh dalam rentang normal 4

b. Suhu kulit dalam batas normal 4

c. Nadi dan pernafasan dalam batas normal 4

Dx 5: Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman

a. Ansietas berkurang 4

b. Monitor intensitas kecemasan 4

c. Mencari informasi untuk menurunkan kecemasn 4

d. Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada 4

Dx 6 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.

a. Melaporkan nyeri 4

b. Frekuensi nyeri. 4

c. Lamanya nyeri 4

d. Ekspresi wajah terhadap nyeri 4

Dx 7 : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.

a. Dapat memonitor faktor resiko 4

b. Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko 4

c. Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan infeksi 4

d. Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko 4

Dx 8 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

a. Menyebutkan keuntungan dan diet yang baik 4

b. Menyebutkan makanan-makanan yang diperbolehkan 4

c. Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang 4


DAFTAR PUSTAKA

Adams, George L. 1997. BOISE Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:EGC.

Doengoes, Marilynn D. 1999. Rencana Asuhan Keparawatan. Jakarta:EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.

Ngastiyah. 1997. Perawatan anak Sakit. Jakarta:EGC.

Pracy R, dkk.1985. Pelajaran Ringkasan Telinga hidung Tenggorokan. Jakarta:Gramedia.

Price, Silvia.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses PenyakitJakarta:EGC.

Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.

http://www.medicastore.com diakses tanggal 12 Juni 2008.

http://fkui.firmansriyono.org.com diakses tanggal 12 Juni 2008.

http://imammegantara.blogspot.com diakses tanggal 12 Juni 2008.

1 komentar: